Profil salah satu pejuang :
Nama: Jodja
Semeru
Umur : 22 tahun.
Gugur :
3-Januari-1949, di Nangsri Kidul, Girikerto.
Anak dari : Bapak
Wignyoadidjojo, dusun Mesan,Kal.Sinduadi.Kec.Mlati,Sleman,DIY
Rentetan Peristiwa :
Pada hari minggu legi tgl 19-Desember-1948, tentara
Belanda menyerang Ibu Kota Republik Indonesia di Yogyakarta, melalui lapangan
terbang Meguwo (Adisucipto)
Pada tgl 20 Desember 1948 kantor Kecamatan Turi yang
dipimpin oleh RW.Projoharjono, pindah tempat yang lebih aman di rumah bapak
R.Pawirosumarto dusun Karanggawang, Girikerto. Di rumah bapak Mangundikromo di
karanggawang didirikan Bos PMI yang dipimpin oleh bapak Suwadi (Mantri
Kesehatan). Dan pada saat itu juga kantor pemerintah Kabupaten Sleman yang
dipimpin oleh bapak Bupati KRT. Projodiningrat mengungsi /dipindahkan ke rumah
Bpk Mertodiharjo dusun Nangsri Kidul, sedang pengawalnya dari Kepolisian Sleman
ditempatkan di rumah Bapak Mertosenjoyo dusun Nangsri Kidul. Bapak Bupati dan
perangkatnya bertempat di Nangsri Kidul Girikerto selama kurang lebih 7 hari,
seterusnya pindak ke dusun Manggungsari Wonokerto, diteruskan lagi ke Candi
Purwobinangun,Dst. Mobil Bapak Bupati ditinggal di Nangsri Kidul Girikerto,
berhubung Belanda datang di Nangsri maka mobil dinas tersebut dibuang di Sungai
Adem sebelah utara Dusun Nglempong untuk meninggalkan jejak.
Pada waktu Bapak Bupati Menempati Nangsri, Oleh bapak
Mayor Suroyo dibentuklah pasukn gabungan dari tentara, pelajar, dan juga dari
pemuda setempat untuk menpertahankan Girikerto dari ancaman Belanda dan atas
restu dari Bupati pasukan tersebut diberi nama pasukan Poncowati.
Pada tanggal 3 Januari 1949 (senin legi) dari markas
tentara Belanda di Kaliurang berkekuatan satu pleton menyerbu ke Nangsri Kidul
dengan sistem Guntingan. Sedangkan jalur-jalur yang dilewati oleh tentara
Belanda adalah :
1. Kemirikebo-Mincon (Bnagun Mulyo)-Nangsri Lor-Nangsri
Kidul dan di Nangsri
Lor menembak mati Ny kromo
2.
Kemirikebo-Pelem-Kloposawit-Kuncen-Babadan-Soprayan-
Somoitan-terus ke Nangsri Kidul dan di Babadan berhasil menembak mati bapak Kariyorejo
(laskar)
3. Candi-Pancoh-Glagahombo-Nangsri Kidul.
Tetapi penyerbuan tersebut tidak berhasil, karena anggota
pasukan Poncowati telah berpatroli ke daerah Girikerto Utara sehingga terjadi
pertempuran di Girikerto Utara tepatnya di selatan dusun Kemirikebo dan di
selatan Dusun Pelem.Dalam pertempuran tersebut tidak ada korban jiwa dari kedua
belah pihak.
Semua anggota pasukan Poncowati bermarkas di Nangsri
Kidul berpatroli di Girikerto Utara tetapi ada satu anggota yang tidak ikut
karena sakit yaitu bapak Jodja Semeru. Karena tujuan Balanda adalah menyerang
Nangsri Kidul maka bapak Jodja Semeru yang sedang sakit dapat ditemukan belanda
dan akhirnya dia dibawa oleh belanda lalu ditembak mati di jembatan kali Adem
sebelah utara dusun nglembong dekat pembuangan mobil dinas Bupati dan jenazah
Bapak Jodja Semeru dimakamkan di Dusun Nangsri Kidul. Untuk mengenang peristiwa
tersebut maka dibangun monomen bambu runcing dan di tanda tangani oleh Bapak
Mayor Infantri Muh Dhorun selaku Kakaminvetcad. Kab.Sleman.
Pada tanggal 4 Januari 1949, jam 16.00 Belanda dari
markas Kaliurang mengadakan patroli ke Watu Wdeg Purwobinangun dan menginap di
bekas Loji Watu Adeg dan berhasil menembak mati seorang dari Tenta Pelajar yang
bernama Sarmono. Paginya tanggal 5 januari 1949 Belanda mendapat pengadangan
dari TRI batalion 151 yang dibantu oleh Rakyat maka terjadilah pertemputan.
Tentara Belanda mendapat bantuan dari markas Medari dengan tembakan mortir\kanon
beberapa kali. Terdapat korban jiwa dari Belanda 3 orang dan di makamkan di
Cepet sedangkan dari pihak Tentara Indonesia tidak ada. Lalu pada waktu
besamaan markas Batalion 151 di Tunggul diserang dari Barat dan bapak Haryadi
gugur.
Pada tanggal 7 Januari 1949 (Jumat Kliwon) belanda
mengadakan serangan umum. Belanda membakar Sekolahan Rakyat di Karanganyar dan
menembak mati 6 orang di Pabrik Bubrah sekarang dusun Pulihrejo.
Karena tentara Belanda sudah mengetahui bahwa pertempuran
5 Januari 1949 mendapat bantuan dari rakyat dengan senjata bambu runcing dan
cara mengumpulkan rakyat tersebut dengan membunyikan kentongan maka pagi hari
Tentara belanda dari markas Kaliurang mengadakan serangan balik. Karena Belanda
sudah mengetahui bahwa pengumpulan masa dengan membunyikan kentongan lalu
Belanda membunyikan pentongan tersebut di dusun Nganggrung wonokerto untuk
mengumpulkan masyarakat. Dan dengan gigihnya masyarakat yang mendengar bunyi
kentongan tersebut mendatangi asal kentongan dan di hadang oleh belanda dengan
tembakan maka jatuhlah korban jiwa, yaitu :
1. Sdr Slamet. Laskar rakyat, umur 23 dari dusun Daleman
dan
jenazahnya dimakamkan di Daleman. Oleh masyarakat Daleman dibuat monumen Slamet untuk mengenang
peristiwa tersebut.
2. Sdr. Suyono desa Nangsri, yang kena tembakan pada
pahanya dan
dirawat di RS Dawung candibinangun pakem.lalu di bawa ke Betesda.
Pada tanggal 1 Maret 1949, pada waktu diadakan serangan
umum di Yogyakarta, sebagian dari tentara Indonesia ada yang menyerbu Kaliurang
dan bpk Marjono dari tentara pelajar meninggal, beliau dimakamkan di Nangsri
Kidul lalu setelah situasi aman jenazah beliau dipindahkan ke Taman Makam
Pahlawan Yogyakarta.
Saksi dan pejuang serta sumber berita:
1. Bapak H. Subarso marto widarsono ketua LVRI ranting
Turi/staf LVRI
Sleman
2. Bapak Margino Dwijosumarto anggota LVRI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar