Selasa, 11 Oktober 2016

Kisah Nyata Perjuangan Kemerdekaan di TURI

Profil salah satu pejuang :
  Nama: Jodja Semeru
  Umur : 22 tahun.
  Gugur : 3-Januari-1949, di Nangsri Kidul, Girikerto.
  Anak dari : Bapak Wignyoadidjojo, dusun Mesan,Kal.Sinduadi.Kec.Mlati,Sleman,DIY
Rentetan Peristiwa :
Pada hari minggu legi tgl 19-Desember-1948, tentara Belanda menyerang Ibu Kota Republik Indonesia di Yogyakarta, melalui lapangan terbang Meguwo (Adisucipto)


Pada tgl 20 Desember 1948 kantor Kecamatan Turi yang dipimpin oleh RW.Projoharjono, pindah tempat yang lebih aman di rumah bapak R.Pawirosumarto dusun Karanggawang, Girikerto. Di rumah bapak Mangundikromo di karanggawang didirikan Bos PMI yang dipimpin oleh bapak Suwadi (Mantri Kesehatan). Dan pada saat itu juga kantor pemerintah Kabupaten Sleman yang dipimpin oleh bapak Bupati KRT. Projodiningrat mengungsi /dipindahkan ke rumah Bpk Mertodiharjo dusun Nangsri Kidul, sedang pengawalnya dari Kepolisian Sleman ditempatkan di rumah Bapak Mertosenjoyo dusun Nangsri Kidul. Bapak Bupati dan perangkatnya bertempat di Nangsri Kidul Girikerto selama kurang lebih 7 hari, seterusnya pindak ke dusun Manggungsari Wonokerto, diteruskan lagi ke Candi Purwobinangun,Dst. Mobil Bapak Bupati ditinggal di Nangsri Kidul Girikerto, berhubung Belanda datang di Nangsri maka mobil dinas tersebut dibuang di Sungai Adem sebelah utara Dusun Nglempong untuk meninggalkan jejak.
Pada waktu Bapak Bupati Menempati Nangsri, Oleh bapak Mayor Suroyo dibentuklah pasukn gabungan dari tentara, pelajar, dan juga dari pemuda setempat untuk menpertahankan Girikerto dari ancaman Belanda dan atas restu dari Bupati pasukan tersebut diberi nama pasukan Poncowati.

Pada tanggal 3 Januari 1949 (senin legi) dari markas tentara Belanda di Kaliurang berkekuatan satu pleton menyerbu ke Nangsri Kidul dengan sistem Guntingan. Sedangkan jalur-jalur yang dilewati oleh tentara Belanda adalah :
1. Kemirikebo-Mincon (Bnagun Mulyo)-Nangsri Lor-Nangsri Kidul dan                   di Nangsri Lor menembak mati Ny kromo
2. Kemirikebo-Pelem-Kloposawit-Kuncen-Babadan-Soprayan-                                     Somoitan-terus ke Nangsri Kidul dan di Babadan berhasil menembak                   mati bapak Kariyorejo (laskar)
3. Candi-Pancoh-Glagahombo-Nangsri Kidul.

Tetapi penyerbuan tersebut tidak berhasil, karena anggota pasukan Poncowati telah berpatroli ke daerah Girikerto Utara sehingga terjadi pertempuran di Girikerto Utara tepatnya di selatan dusun Kemirikebo dan di selatan Dusun Pelem.Dalam pertempuran tersebut tidak ada korban jiwa dari kedua belah pihak.
Semua anggota pasukan Poncowati bermarkas di Nangsri Kidul berpatroli di Girikerto Utara tetapi ada satu anggota yang tidak ikut karena sakit yaitu bapak Jodja Semeru. Karena tujuan Balanda adalah menyerang Nangsri Kidul maka bapak Jodja Semeru yang sedang sakit dapat ditemukan belanda dan akhirnya dia dibawa oleh belanda lalu ditembak mati di jembatan kali Adem sebelah utara dusun nglembong dekat pembuangan mobil dinas Bupati dan jenazah Bapak Jodja Semeru dimakamkan di Dusun Nangsri Kidul. Untuk mengenang peristiwa tersebut maka dibangun monomen bambu runcing dan di tanda tangani oleh Bapak Mayor Infantri Muh Dhorun selaku Kakaminvetcad. Kab.Sleman.

Pada tanggal 4 Januari 1949, jam 16.00 Belanda dari markas Kaliurang mengadakan patroli ke Watu Wdeg Purwobinangun dan menginap di bekas Loji Watu Adeg dan berhasil menembak mati seorang dari Tenta Pelajar yang bernama Sarmono. Paginya tanggal 5 januari 1949 Belanda mendapat pengadangan dari TRI batalion 151 yang dibantu oleh Rakyat maka terjadilah pertemputan. Tentara Belanda mendapat bantuan dari markas Medari dengan tembakan mortir\kanon beberapa kali. Terdapat korban jiwa dari Belanda 3 orang dan di makamkan di Cepet sedangkan dari pihak Tentara Indonesia tidak ada. Lalu pada waktu besamaan markas Batalion 151 di Tunggul diserang dari Barat dan bapak Haryadi gugur.

Pada tanggal 7 Januari 1949 (Jumat Kliwon) belanda mengadakan serangan umum. Belanda membakar Sekolahan Rakyat di Karanganyar dan menembak mati 6 orang di Pabrik Bubrah sekarang dusun Pulihrejo.
Karena tentara Belanda sudah mengetahui bahwa pertempuran 5 Januari 1949 mendapat bantuan dari rakyat dengan senjata bambu runcing dan cara mengumpulkan rakyat tersebut dengan membunyikan kentongan maka pagi hari Tentara belanda dari markas Kaliurang mengadakan serangan balik. Karena Belanda sudah mengetahui bahwa pengumpulan masa dengan membunyikan kentongan lalu Belanda membunyikan pentongan tersebut di dusun Nganggrung wonokerto untuk mengumpulkan masyarakat. Dan dengan gigihnya masyarakat yang mendengar bunyi kentongan tersebut mendatangi asal kentongan dan di hadang oleh belanda dengan tembakan maka jatuhlah korban jiwa, yaitu :
1. Sdr Slamet. Laskar rakyat, umur 23 dari dusun Daleman dan                                   jenazahnya dimakamkan di Daleman. Oleh masyarakat Daleman dibuat               monumen Slamet untuk mengenang peristiwa tersebut.
2. Sdr. Suyono desa Nangsri, yang kena tembakan pada pahanya dan                        dirawat di RS Dawung candibinangun pakem.lalu di bawa ke Betesda.

Pada tanggal 1 Maret 1949, pada waktu diadakan serangan umum di Yogyakarta, sebagian dari tentara Indonesia ada yang menyerbu Kaliurang dan bpk Marjono dari tentara pelajar meninggal, beliau dimakamkan di Nangsri Kidul lalu setelah situasi aman jenazah beliau dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Yogyakarta.
Saksi dan pejuang serta sumber berita:
1. Bapak H. Subarso marto widarsono ketua LVRI ranting Turi/staf                            LVRI Sleman
2. Bapak Margino Dwijosumarto anggota LVRI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar